Powered By Blogger

Senin, 07 Juni 2010

Budidaya Laut

1. SEJARAH BUDIDAYA LAUT


Sejak zaman dahulu, sekitar 2000 tahun sebelum masehi, usaha budidaya laut telah dilakukan oleh bangsa Jepang, yaitu ketika mulai membudidayakan tiram laut (oyster). Setelah itu pengembangan budidaya laut dilanjutkan oleh bangsa cina, yaitu sekitar 475 sebelum masehi dan budidaya tiram laut di Junani sejak 100 tahun sebelum Masehi (Milne, 1972).
Sedangkan di Indonesia, budidaya laut mulai diikembangkan dengan ditandainya keberhasilan perusahaan Jepang dalam membudidayakan tiram mutiara pada tahun 1928 di Buton - Sulawesi Tenggara.

2. MENGAPA DILAKUKAN BUDIDAYA LAUT????

Saat ini Indonesia berada di peringkat ke enam sebagai negara penghasil perikanan terbesar di dunia. Namun demikian sekitar 77 % hasil tersebut bersal dari perikanan tangkap. Hal ini dapat dimengerti karena perburuan ikan di laut (perairan umum) lebih dulu dilakukan masyarakat dibanding budidaya ikan. Penangkapan ikan di laut yang pada hakekatnya merupakan panen organisme dari perairan umum pada awalnya dilakukan dengan alat-alat yang sederhana dan kemudian menggunakan alat yang sangat modern. Karena tingginya produksi perikanan tangkap di Indonesia, membuat banyak komoditi perikanan terancam jumlahnya karena over fishing. Saat ini budidaya laut di Indonesia mulai berkembang karena kesadaran masyarakat pada lingkungan mulai meningkat.
Ada beberapa keuntungan dari budidaya laut di bandingkan perikanan tangkap antara lain :

* Membantu peningkatan pendapatan nelayan
* Dapat menciptakan usaha dan lapangan kerja yang baru
* Menghasilkan komoditi ekspor dalam rangka meningkatkan devisa negara.
* Dapat menghasilkan bahan bagi industri : makanan, tekstil, obat-obatan dan kosmetika.
* Menghasilkan bahan makanan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani bagi kebutuhan gizi keluarga

Selain itu ada beberapa keuntungan lain dari budidaya laut yaitu :

* Dapat meningkatkan produksi organisme laut
* Dapat menjaga kelestarian organisme laut

Keuntungan - keuntungan dari budidaya laut dapat diperoleh bila kita mengikuti proses dan jalan yang benar. Kebiasaan atau sifat dasar masyarakat Indonesia yang ingin serba instan membuat perkembangan usaha budidaya laut sedikit terhambat.

3. PENGERTIAN BUDIDAYA LAUT....!!!
Budidaya laut adalah upaya manusia melalui masukan tenaga kerja dan energi, untuk meningkatkan produksi organisme laut ekonomis penting dengan memanipulasi laju pertumbuhan, mortalitas dan reproduksi. Kegiatan budidaya telah dilakukan manusia sejak dulu yaitu pemeliharaan dalam media air dengan pemberian makanan untuk organisme yang dipelihara (Anonim, 2006).
Prinsip - Prinsip Budidaya Laut
Dalam budidaya laut berusaha untuk memaksimalkan hasil panen dari lingkungan perairan. Stok biomas dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu laju recruitment, laju pertumbuhan, laju kematian alami dan laju kematian akibat penangkapan. Perikanan tangkap berusaha untuk memaksimalkan hasil melaui kenaikan laju kematian, jika terlalu banyak ikan yang tertangkap maka recruitment dan pertumbuhan tidak mampu menggantiakan stok yang rusak. Berbeda dengan budidaya, meningkatnya hasil melalui manipulasi seluruh faktor populasi yaitu pertumbuhan, reproduksi dan recruitment serta mortalitas alami.



gambar 1. Prinsip dasar dalam budidaya laut

4. JENIS - JENIS ORGANISME BUDIDAYA....
lompok penting makhluk hidup yang biasa dibudidayakan dilaut adalah Molusca, Crustacea dan ikan (MILNE, 1972) serta rumput laut. Dalam kehidupan alamiah di perairan laut Sumatera Utara terdapat banyak jenis hewan dan rumput laut dari kelompok-kelompok di atas. Di antara jenis hewan itu telah sejak lama dipungut oleh nelayan secara tradisional. Rumput laut pernah diolah oleh satu perusahaan, tapi telah menghentikan usahanya.

Apa saja jenis – jenis konstruksi dalam budidaya laut ?

● Keramba Jaring Tancap (KJT) Jaring tancap merupakan jaring kantong berbentuk persegi yang dipasang pada kerangka bambu atau kayu yang ditancap pada dasar perairan. Pasangan kayu / bambu ditancap rapat, seperti pagar, atau hanya dipasang di bagian sudut kantong jaring. Biasanya dipasang di kolong bagian bawah rumah nelayan di pinggir pantai atau dipasang di tengah laut pada kedalaman 2-8 meter waktu surut terendah.

● Keramba Jaring Apung (KJA) Keramba jaring apung yaitu berupa jaring yang konstruksinya berada mengapung di atas air laut dengan jaring berada dibawahnya dengan bahan jaring menggunakan bahan polietilen. Bentuk dan ukuran bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh jenis ikan yang dibudidayakan, ukuran ikan serta kedalaman perairan.

Ruang lingkup apa saja yang terdapat dalam budidaya laut ?

Ruang lingkup yang terdapat pada budidaya laut yaitu :

● Aspek oseanografi Fisika (Gelombang, arus, pasut)

● Aspek oseanografi Kimia (Suhu, pH, salinitas, mineral anorganik)

● Aspek oseanografi Biologi (sebaran nutrien)

● Aspek sosial – ekonomi (pemberdayaan ke masyarakat pesisir/petani, pengelolaan produksi, management pemasaran)

● Management lingkungan

BUDIDAYA KUDA LAUT

Pengertian

Budidaya laut adalah upaya manusia, menggunakan input tenaga kerja dan energi, untuk meningkatkan produksi organisme laut dengan cara memanipulasi pertumbuhan, mortalitas, dan reproduksi. Harapkan tinggi yang yang dibebankan pada budidaya perikanan laut tidak terlepas dari kecenderungan global, yaitu menurunnya populasi di alam sebagai akibat penangkapan yang berlebihan serta meningkatnya permintaan produk-produk perikanan laut, sehingga harganya juga meningkat.

Jenis Organisme

Salah satu jenis ikan hias laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi adalah jenis kuda laut atau sering disebut dengan tangkur kuda (Hippocampus sp.). Komoditas ini dimanfaatkan baik sebagai ikan hias maupun sebagai bahan baku industri obat-obatan tradisional.

Kuda laut dikenal dengan nama Hippocampus, yang berarti kuda yang bergerigi dan sesuai dengan bentuk morfologinya yang unik dan aneh. Tubuh bersegmen dan mempunyai satu sirip punggung, insang membuka sangat kecil yang dilengkapi sepasang dada (pectoralfin), satu sirip dubur (analfin) yang sangat kecil, sirip perut dan sirip ekor tidak ada (NELSON 1976, WEBER & BEAUFORT 1922).



Alasan budidaya kuda laut

Kuda laut mempunyai nilai pasaran baik di dalam maupun di luar negeri karena memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya hayati laut tersebut, maka sumberdaya kuda laut harus dikelola secara baik dan lestari. Manfaat kuda laut adalah sebagai obat tradisional, ikan akuarium, cinderamata, dan makanan tonic. Obat Tradisional Cina (TCM) merupakan pasar terbesar untuk perdagangan kuda laut (Hansen and Cummins, 2002).

Ruang Lingkup Budidaya Kuda Laut

1. Oseanografi kimia (pH, salinitas, suhu, mineral anorganik)
2. Oseanografi biologi (sebaran nutrien)
3. Oseanografi Fisika (Gelombang, pasut, arus)
4. management lingkungan
5. sosial – ekonomi (pemberdayaan ke masyarakat pesisir/petani, pengelolaan produksi, management pemasaran)

Proses Kegiatan

Pra Budidaya

a. Pemilihan Calon Induk.

Dalam pemilihan calon induk perlu memperhatikan beberapa faktor seperti : jenis, ukuran, umur dan kesehatan. Dalam pemilihan jenis kuda laut yang akan dibudidayakan perlu dipertimbangkan beberapa hal diantaranya fekunditas tinggi, mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru, ukuran besar, lebih tahan terhadap penyakit. Salah satu jenis yang telah terbukti memenuhi kriteria tersebut adalah H. kuda, H. comes tubuhnya lebih kecil sehingga fekunditasnya lebih rendah, memerlukan adaptasi dengan lingkungan baru lebih lama.

Calon induk yang dipilih, sebaiknya memiliki ukuran ynag sama antara jantan dan betina. Apabila ukuran jantan lebih kecil maka telur dari induk betina tidak dapat diserap seluruhnya ke dalam kantung pengeraman induk jantan akibatnya sebagian telur akan tercecer di dalam air media pemeliharaan. Ukuran calon induk yang baik untuk persiapan pemijahan adalah berat lebih dari 7 gram, dengan kisaran panjang antara 11 – 15 cm, untuk calon induk hasil budidaya sebaiknya yang berumur lebih dari 8 bulan. Bila calon induk tidak memenuhi persyaratan berakibat jumlah telur sedikit, ukuran juwana lebih kecil dan lemah.

b. Pembenihan

Mata rantai pertama adalah pemeliharaan calon induk guna mendapatkan induk matang gonad. Selanjutnya merupakan kegiatan pemijahan, pemeliharaan juwana dan penggelondongan atau pendederan serta pengadaan pakan alami. Mata rantai seluruh kegiatan harus diketahui dalam membuat perencaan, karena erat hubunganya dengan sarana yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan kegiatan.

Untuk pemeliharaan juwana kuda laut segala bentuk bak dapat dipergunakan, meskipun demikian ada syarat yang seharusnya dipenuhi yaitu bak tidak boleh mempunyai sudut mati karena akan menyebabkan sisa metabolisme dan kotoran mudah terkumpul pada suduk bak.

Wadah yang digunakan dalam pemneliharaan juwan kuda laut bervariasi mulai dari bak akuarium, fiberglass dan bak beton. Ukurannyapun bervariasi bergatung kepada jumlah dan mur juwana kuda laut yang dipelihara. Padat penebaran yang digunakan untuk juwana kuda laut mulai hari 1 sampai hari ke 30 adalah 1000 – 1500/ton. Setelah berumur lebih dari 30 hari kepadatannya dikurangi sampai 200 – 300 ekor/ton. Juwana kuda laut dapat diberi pakan alami berupa copepoda dan naupli artemia. Pemeliharan juwana dapat dilakukan selama 1.5– 2 bulan sampai mencapai ukuran 3 – 5 cm/ekor.



c. Aklimatisasi

Calon induk hasil tangkapan dari alam harus dikarantina dan diaklimatisasi terlebih dahulu. Karantina bertujuan untuk membebaskan organisme pathogen yang mungkin terbawa dari alam agar tidak menyebar ke induk yang sudah ada di pembenihan. Disamping itu kegiatan aklimatisasi juga untuk menyesuaikan calon induk dengan lingkungan yang baru serta pakan yang biasa digunakan di pembenihan.

Budidaya

a. Penebaran

Setelah melewati masa karantina dan aklimatisasi induk ditebar di bak pemeliharaan/pemijahan yang telah dilengkapi dengan tempat bertengger. Kuda laut adakalanya berenang bolak balik melintasi atau mengelilingi bak, oleh karena itu harus diciptakan kondisi yang lapang. Di alam kuda laut tidak hidup berkelompok, oleh karena itu agar tercipta kondisi alami di bak pemeliharaan induk, maka padat tebar tidak terlalu tinggi yaitu berkisar antara 30–40 ekor/m3. Vincent (1995) menyarankan, kepadatan induk tidak lebih dari 4 ekor/100 liter media air.

Adapun perbandingan induk jantan dan betina yang dipelihara yaitu 3 : 2. Pemijahan kuda laut berlangsung secara monogami yaitu seekor kuda laut jantan hanya dapat menerima telur dari satu ekor betina dan tidak menerima telur dari betina yang lain sampai anak-anaknya keluar dari kantung pengeramannya. Kuda laut betina dapat memijah kembali dalam waktu 4 – 8 hari.

b. Penggelondongan

Penggelondongan dalam hal ini dimaksudkan untuk mengintensifkan pemeliharaan terhadap benih-benih kuda laut sampai ke tahap pembesaran dengan tingkat kelangsungan hidup yang tinggi dan kualitas yang baik. Penggelondongan kuda laut dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode pemeliharaan di bak, di keramba jaring apung atau dikurungan tancap. Benih yang digunakan untuk penggelondongan dapat berasal dari hasil tangkapan di alam ataupun berasal dari hasil pembenihan dengan ukuran 3 – 3,5 cm/ekor.

Hal yang perlu diperhatikan saat penebaran adalah apabila terdapat perbedaan yang menyolok antara media pemeliharaan dengan dan media asal benih (khususnya salinitas dan suhu). Keadaan ini biasanya terjadi bila lokasi penggelondongan terpisah dengan sumber benih, sehingga perlu diadaptasikan terlebih dahulu sebelum ditebar. Padat tebar untuk penggelondongan selama 2 bulan pemeliharaan adalah berkisar antara 300 – 400 ekor/ton.

c. Pembesaran

Kegiatan selama pembesaran kuda laut tidak jauh berbeda dengan penggelodongan. Pembesaran ini bertujuan untuk menghasilkan kuda laut yang berukuran lebih besar (diatas 10 cm) atau untuk memproduksi induk kuda laut. Kuda laut yang akan dibesarkan dapat diperoleh dari alam maupun dari hasil penggelondongan. Kuda laut sebaiknya dipilih yang sehat dan lengkap organ tubuhnya, jika kuda laut yang akan dibesarkan warnanya berbeda maka kuda laut yang sama warnanya seperti hitam disatukan dengan yang hitam, sebab jika ada kuda laut yang berwarna kuning dan disatukan dengan yang hitam akan berubah menjadi hitam.

Padat penebaran untuk kegiatan pemebesaran adalah 50 – 100 ekor/ton. Selama kegiatan pemeliharaan pembesaran kuda laut, tidak lagi diberikan berupa artemia dewasa karena tidak diperlukan lagi, cukup diberikan rebon segar atau jembret. Pemberian pakan berupa rebon segar diberikan sebanyak 5 – 10% dari bobot tubuh perhari dengan frekuensi pemberian 2 – 3 kali. Jika pakan rebon segar kurang tersedia maka pakan alternatif lain yang bisa diberikan adalah jentik-jentik nyamuk. Setelah tiga bulan pemeliharaan kuda laut dapat mencapai ukuran panjang di atas 10 cm selanjutnya kuda laut dapat dipanen dan dipasarkan. Untuk tahap pembesaran ini dilakukan kegiatan sebagai berikut :

1. Pemberian Pakan.

Kuda laut masih bergantung pada pakan hidup baik hidup maupun mati. Jumlah dan kualitas pakan yang dikonsumsi induk sangat berpengaruh terhadap kematangan gonad maupun kualitas juwana yang dihasilkan. Biasanya dalam sehari kuda laut menghabiskan pakan sekitar 2 – 5 % dari total berat tubuh. Memberi pakan sedikit tetapi sering lebih baik dari pada memberi pakan banyak sekaligus. Pakan diberikan pada pagi, siang hari serta 1 – 2 jam sebelum gelap.

2. Pengelolaan Air
Agar kualitas air media tetap baik maka perlu dilakukan penyiponan dan pergantian air sekitar 200 % per hari dengan sistem air mengalir. Kuda laut membutuhkan air yang tenang sehingga dapat bertengger, bergerak untuk menangkap makanan maupun untuk melakukan pemijahan, oleh karena itu aliran air dibuat pelan agar tidak mengganggu aktivitas. Pergantian air secara total dilakukan jika media pemeliharaan terlihat sudah tidak layak atau terlihat kotor.


Pasca Budidaya

Setelah tiga bulan pemeliharaan kuda laut dapat mencapai ukuran panjang di atas 10 cm selanjutnya kuda laut dapat dipanen dan dipasarkan. Kuda laut ini mempunyai nilai jual tersendiri sebagai ikan hias, serta mempunyai nilai tambah yang besar, baik sebagai barang antik, perhiasan, souvenir dan juga untuk bahan obat-obatan dalam bentuk tepung.

Kuda laut atu tangkur kuda merupakan jenis ikan komersil untuk pengobatan, yang di Cina disebut sebagai “Gingseng” dari Selatan. Kuda laut ini digunakan sebagai tonik untuk memulihkan tubuh dari keletihan dan kelemahan fungsi ginjal dan sangat baik untuk memperbaiki kerusakan sistim syaraf.

Di negara cina, dibutuhkan kira-kira 500 kg kuda laut kering sebagai bahan baku untuk pabrik obat obatan. Di Filipina (Marungas, Jolo dan Sulu) telah ada budidaya kuda laut secara besar-besaran, dengan rantai pemasarannya ke Borneo, Singapura dan Hongkong yang dijual dalam bentuk kering. Di pasaran Tanjungpinang harga kuda laut kering berkisar antara Rp. 180.000,-sampai dengan Rp. 200.000,- per kg kering(komunikasi pribadi). Nilai kuda laut kering sangat ditentukan oleh keutuhan kedua belah matanya. Konsumen terbesar untuk kuda laut kering adalah dari etnis Cina, baik yang berasal dari singapura maupun lokal.

Kamis, 20 Mei 2010

sistem penentuan posisi ROV di bawah laut


Sistem ROV pada umumnya bekerja diatas wahana apung seperti kapal, barge, atau rig. Bila sistem ROV dipasang diatas kapal, maka posisi ROV di bawah laut akan mengacu pada titik referensi di kapal. Untuk keperluan survei, kapal biasanya menggunakan DGPS (Differential Global Positioning System) sebagai penentuan posisi utamanya. Sedangkan untuk posisi di bawah laut, sistem ROV dilengkapi dengan alat penentuan posisi bawah laut menggunakan gelombang suara (Acoustic Underwater Positioning). Salah satu metode ini adalah Ultra Short BaseLine (USBL), yang akan mengukur jarak, kedalaman, dan azimut ROV terhadap transduser USBL yang dipasang di kapal.
Posisi ROV dan data navigasi lainnya, dalam sistem koordinat tertentu akan didapat dan melalui perangkat lunak navigasi tertentu, akan dikirimkan secara real time ke ruang kontrol ROV.

Sistem ROV disamping menggunakan teknologi mutakhir, juga didukung oleh sumber daya manusia yang profesional di bidangnya. Dukungan peralatan suku cadang dan training bagi para operatornya selalu dilakukan secara periodik.
Penerapan khususnya di bidang riset di Indonesia harus terus ditingkatkan, disamping kerjasama dengan pihak asing, juga diharapkan teknologi ROV dapat dikuasai oleh bangsa kita sendiri nantinya.
Posted by AbuSalman at 2:22 PM
Labels: Hydrographer

Remotely Operated Vehicle (ROV) dan Data Satelit untuk Membantu Studi Perilaku Penyu


(KeSimpulan) Para peneliti menggunakan remotely operated vehicle (ROV) dan data satelit terkait untuk mempelajari lebih banyak tentang perilaku penyu di daerah penangkapan ikan komersial dan untuk mengembangkan cara-cara baru dalam menghindari penangkapan penyu oleh nelayan. Pertama kalinya sebuah ROV digunakan untuk mengikuti kura-kura di alam liar sebagai upaya mengetahui perilaku dan bagaimana mereka berinteraksi dengan habitatnya.

Heather Haas, Henry Milliken, Kimberly Murray, dan Eric Matzen dari NOAA's Northeast Fisheries Science Center (NEFSC) laboratory di Woods Hole, Mass, bersama dengan rekannya Ron Smolowitz dan Matius Weeks dari Coonamessett Farm di East Falmouth, Mass, telah melacak dua remaja loggerhead turtle dengan tag yang terhubung satelit sejak Agustus. Kedua penyu telah diikuti sejak 24 Agustus ketika mereka ditangkap di New Jersey dan dilengkapi dengan data yang terhubung dengan satelit yang terus-menerus merekam temperatur air, kedalaman, lokasi dan waktu. Kura-kura ini sekarang berada di sekitar 30 mil dari North Carolina.

"Memahami perilaku mereka di laut, seperti di mana dan kapan mereka pergi ke dalam perairan, bisa membantu kita mengurangi kemungkinan mereka tertangkap dalam jaring dan kapal keruk," kata Haas seperti dikutip untuk sciencedaily. Dengan dukungan dari industri perikanan komersial, tim ilmuwan penyu Jeff Seminoff dari NOAA's Southwest Fisheries Science Center lab in La Jolla, Calif, menghabiskan tiga hari pada akhir Agustus menumpang kapal kerang komersial kapal F/V Kathy Anne dari Barnegat Light, NJ, berusaha untuk menangkap dua remaja kura-kura loggerheads untuk ditandai.

Pada tanggal 24 Agustus, tim menerima data. Instrumen log dan penyimpan data harus ditempelkan pada kura-kura paling sedikit enam bulan dan dapat tetap melekat selama 18 bulan atau lebih. Mengirim data ke laboratorium melalui satelit ketika hewan berada di permukaan laut. Sejak perangkat terpasang, kura-kura terletak di kedalaman air antara 165 dan 230 feet dan di suhu antara 50 Fahrenheit di dasar laut sampai 72 derajat Fahrenheit di permukaan laut. Suhu merupakan hal yang penting karena jika air terlalu dingin bisa membuatnya terdampar, seperti yang sering terjadi pada musim gugur.

Haas, Milliken, Matzen dan Murray semua bekerja di Woods Hole Fisheries lab's Protected Species Branch, yang mempelajari mamalia laut, penyu laut, dan burung-burung laut. Kura-kura Loggerhead, merupakan penyu laut yang paling umum di perairan pantai AS, spesies yang terancam punah di bawah regulasi Endangered Species Act. Smolowitz telah bekerja bersama sejak tahun 2002 di NEFSC group, berusaha untuk mempelajari lebih lanjut tentang kura-kura laut. Dia telah menerima sejumlah hibah untuk penelitian dan program perikanan di Atlantik. Dia juga telah dikontrak oleh NEFSC mengembangkan teknologi untuk mengurangi jumlah kura-kura yang terperangkap di kapal keruk, seperti perangkat yang membelokkan kura-kura dari lokasi penggerukan laut.

"Industri komersial memahami pentingnya penelitian ini dan sangat mendukung usaha kami untuk memahami dan mengurangi penangkapan penyu. Mengetahui lebih banyak akan meningkatkan kemampuan kita untuk mengurangi dan memperkirakan distribusi. Tag dan ROV gambar akan memberikan wawasan, tetapi hanyalah awal," kata Milliken. Peneliti memberi perhatian khusus terhadap perilaku penyu, termasuk mengamati mereka makan, berenang, bagaimana mereka berinteraksi dengan dasar laut dan dengan satu sama lain di alam liar.

Rabu, 12 Mei 2010

Survey dan Perbaikan Pipa Gas dengan alat ROV

Remotely operated underwater vehicles (ROVs) merupakan nama yang digunakan untuk robot di dunia industri lepas pantai. ROV sangat bermanfaat dan mudah dilepas dan dioperasikan dari kapal. Robot ini dihubungkan dengan kabel dan dilengkapi dengan video camera dan peralatan lainnya untuk survey dan pekerjaan bawah laut. Sistem tenaga hidraulik yang besar terdapat pada alat ini. Peralatan tambahan dapat pula dipasang pada ROV, seperti sonar, magnetometer, pemotong dan lain-lain.

Salah satu aplikasi penggunaan peralatan ROV ini adalah survey dan perbaikan pipa dibawah laut, yaitu survey posisi dan pemetaan dasar laut untuk melihat keamanan pipa dan jaringannya. Bila pipa dan jaringannya dibiarkan begitu saja maka akan timbul kerugian yang besar apalagi kalau pipa itu pecah dan meledak, maka pasokan gas akan terputus. Oleh karena itu seringkali kegiatan survey ini selalu bersamaan dengan perbaikan pipa atau dikenal dengan rektifikasi pipa.

Ini merupakan proyek atau pekerjaan oceanografi yang besar dan mahal disamping membutuhkan peralatan ROV, manusia yang berkeahlian dan kapal survey. Kapal surveynya sendiri juga mempunyai peralatan dynamic position (DP) yaitu semacam baling-baling atau thruster. Hal ini diperlukan, karena kapal tidak boleh buang jangkar ditengah laut pada saat survey sehingga tidak mengganggu pipa-pipa yang akan disurvey dan direktifikasi.

Pipa gas dan jaringannya terhampar begitu saja dibawah laut, kondisi topografi bawah laut itu seperti halnya didarat, turun naik, berbukit-bukit tingginya bervariasi antara 0 sampai 60 meter. Kondisi inilah yang menyebabkan pipa gas itu bebas atau yang sering disebut dengan istilah freespan, artinya pipa itu tidak didukung oleh penyangga diantara dua buah bukit. Freespan bisa panjang-panjang, kalau freespan-nya panjang maka perlu adanya penyangga biasanya digunakan karung-karung yang dicor semen. Karung-karung tersebut dengan nama grout bag. Pekerjaan itu semuanya ditangani oleh ROV. Ada juga istilah touch down untuk ujung-ujung pipa yang menempel atau menyentuh bukit diantara free span.

ROV tidak saja melakukan pekerjaan tersebut diatas, tetapi alat ini digunakan untuk memutar valve atau stop kran yang menghubungkan jaringan pipa dengan platform atau anjungan. Ada banyak ball-valve (BV) yang diputar dan ditutup atau dikenal dengan istilah exercise.

ROV seolah mata dan tangan kita, seolah-olah kita menyelam didasar laut. Kita seakan-akan menyelam dan bekerja dibawah laut. Pekerjaan ini mengasyikan, tetapi kalau datang arus kuat didasar laut dan juga di permukaan laut, hal itulah yang “kurang” mengasyikan. Kapal akan goyang, terkadang peralatan seperti laptop, digital camera dan alat penunjang lainnya terlempar dari meja kerja kita. Inilah tantangan bekerja di laut. Para oceanographer selalu membuat prediksi-prediksi harian tentang gelombang, cuaca, arah angin, tinggi gelombang laut, wave, petir, hujan dan lain sebagainya yang dapat diperoleh informasinya dari platform dan stasiun terdekat, serta Radar di kapal survey. Bila kita amati di radar kapal survey, maka akan termonitor kapal-kapal disekitar kita, dan pergerakan awan dan hujan disekitar kita dengan radius yang cukup besar. Tentu saja radar dapat mendeteksi kecepatan awan dan hujan berikut arahnya.

Awak kapal (vessel-crew) oceanographer, surveyor (geodesy) dan teknisi selalu melakukan latihan keselamatan kerja yang kita sebut sebagai safety drill. Safety drill adalah sangat penting, mengingat kita bekerja dilaut lepas yang rawan kecelakaan kerja.

Kegiatan Survey da Rektifikasi

Kegiatan survey dan rektifikasi pipa gas dan jaringannya yang menghubungkan antara platform atau anjungan yang berada di lepas pantai perairan barat Natuna atau dikenal dengan west Natuna Sea ini memerlukankan waktu sekitar 6 bulan, yang diselingi dengan pengambilan bahan-bahan seperti semen, batu kerikil dan makanan dari Batam. Sedangkan kapal survey berangkat dari Singapura. Inilah ironisnya, kapal-kapal survey itu selalu berlabuh di Singapura, tidak mau di Batam, karena alasan birokrasi di Indonesia yang terlalu rumit (njelimet dan bikin bingung), juga terlalu banyak pungutan liar atau setengah liar. Padahal dari sisi teknis pelabuhan di Batam sudah memadai untuk digunakan sebagai pelabuhan kapal-kapal survey.

Teknologi tepat guna bawah laut adalah dengan menebar atau menghampar kerikil didasar laut yang lembek atau dikenal dengan soft sea bad. Pada tanah yang lembek itu biasanya grout bag ambles dan posisinya menjadi tidak tegak, bahkan cenderung miring akibat adanya kekuatan arus bawah laut. Problem ini acapkali terjadi di periran Natuna Barat bagian utara. Hal ini berbeda dengan di bagian selatan yang dekat Batam dan Singapura yang sea bad nya cukup stabil. Mengapa hal ini terjadi? Ini yang masih harus dijawab oleh para oceanographer.

Banyak hal yang ditemukan pada saat survey seperti halnya fish-net yaitu jaring-jaring ikan yang menyangkut di pipa gas, marine grout (tumbuhan laut) yang menempel di pipa. ROV takut terhadap fish net ini, karena bisa merusak thruster atau baling-baling penggerak ROV. Kalau nyangkut ROV akan mati dan harus ditarik keatas. Ini sangat berat, karena ROV work class yang digunakan beratnya lebih dari 1 ton, tetapi bisa dikerek dengan alat katrol yang dilengkapi dengan mesin pengkerek ROV.



Klasifikasi ROV

ROV ada berbagai macam , ada yang kelas inspeksi (inspection-class) dan yang kelas kerja atau (work-class). ROV kelas inspeksi seperti gambar dibawah ini :


ROV sea eye falcon ini kecil dan agak ringan, biasanya digunakan untuk survey dan pekerjaan test karat (catodhic protection) konstruksi platform dan bangunan air lepas pantai, sedangkan yang work-class seperti dibawah ini:



ROV inilah yang digunakan untuk survey dan rektifikasi pipa gas bawah laut.



Survey dan Perbaikan Pipa Gas dengan alat ROV

di Area Kerja ConocoPhillips (West Natuna Sea)

Ir.H.Hasanuddin WM.,MSc*

Mengungkap Misteri Laut-Dalam Bersama ROV

KabarIndonesia - Dewasa ini, perkembangan teknologi bawah air meningkat sangat pesat. Fenomena termutahir terjadi pada awal Agustus 2007 dengan ditemukannya kotak hitam pesawat Adam Air yang telah dinyatakan hilang di perairan laut Masalembo Sulawesi Barat.

Kesuksesan mengangkat black box (kotak hitam) milik maskapai Adam Air yang hilang di perairan Masalembo setelah kurang lebih 6 (enam) bulan lamanya sejak bulan Januari 2007, telah membuka mata lebar-lebar betapa kecanggihan teknologi robotic, yang dalam kasus ini disebut Remote Operated Vehicle (ROV), telah begitu sangat vital dalam pekerjaaan laut dalam yang tidak bisa dijangkau oleh jasad manusia.

ROV yang berbentuk kapal selam mini tanpa awak ini dikendalikan dari kapal EDT Offshore milik Phoenix International, sebuah perusahaan yang berkantor pusat di Chicago, Amerika Serikat. Dengan kemampuan menyelam yang mencapai 6.000 meter di bawah permukaan laut, membuat ROV tidak kesulitan untuk mengangkat black box Adam Air yang hanya berada di kedalaman 2.000 meter.

Pada fenomena lain, setahun setelah badai Tsunami berlalu, para peneliti dari Jepang dan Indonesia melakukan pelayaran ke perairan Aceh dengan kapal R/V Natsushima, milik Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology (JAMSTEC) guna mendeteksi penyebab terjadinya bencana tsunami 26 Desember 2004 tersebut melalui rekahan lempengan dan biota laut dengan menggunakan sebuah robot ROV. Hasil dari penelitian ini akan menjadi acuan bagi para peneliti untuk memprediksi gempa-gempa atau tsunami berikutnya.

Sebelumnya, pada bulan Mei 2005, juga telah dilakukan sebuah proyek dengan nama Sumatra Earthquake and Tsunami Offshore Survey (SEATOS 2005). Proyek ini melibatkan ilmuwan mancanegara dari berbagai bidang ilmu seperti seismologi, geofisika, biologi, dan tsunami, yang tujuannya melakukan investigasi tentang perubahan yang terjadi di dasar lautan India, pasca tsunami. Survei tersebut dilakukan di atas kapal survei M/V Performer milik Oceaneering International, Houston, Texas, yang antara lain menggunakan ROV Magellan 825, ROV yang bisa beroperasi sampai dengan kedalaman 7500 m.





. PENJELAJAH LAUT DARI BOGOR

Sungguh berat tugas Liliek Litasari. Kepala Suku Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kepulauan Seribu ini harus merehabilitasi terumbu karang di 110 gugusan pulau kecil dengan luas perairan sekitar 699.750 hektare. Sebagian besar kawasan ini rusak akibat penggunaan potasium nelayan dan pencemaran di pesisir pantai utara. Salah satu solusinya, Liliek gencar membuat terumbu buatan atau fish shelter.

Terumbu buatan itu ditenggelamkan di dasar laut dengan kedalaman bervariasi, 5-45 meter, sebagai tempat perlindungan dan berkumpulnya ikan. Kini, ada ribuan terumbu buatan di 25 titik di Kepulauan Seribu. "Terumbu karang buatan bisa berkembang 1 sentimeter per tahun," kata Liliek pekan lalu.

Terumbu karang buatan tidak bisa dibiarkan begitu saja. Setiap enam bulan, Liliek menerjunkan para penyelam untuk mencatat perkembangan ekosistem bawah laut. "Tapi penyelam sulit menjangkau kedalaman lebih dari 20 meter," katanya. Dibutuhkan alat atau teknologi yang mendukung program rehabilitasi terumbu karang ini.

Permasalahan Liliek dijawab para peneliti Institut Pertanian Bogor. IPB mengembangkan sebuah wahana pendukung kegiatan observasi dan pengamatan bawah air. Lahirlah RJ 45 atau robot jelajah bawah air dengan kedalaman maksimal 45 meter. RJ 45 meraih penghargaan dari Kementerian Riset dan Teknologi sebagai salah satu inovasi paling prospektif sepanjang 2009.

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Indra Jaya menjelaskan RJ 45 merupakan salah satu wahana bawah air sejenis remote operating vehicle (ROV), yang dilengkapi dengan sistem video, baling-baling (propeller), sistem pengendali, kabel, dan catu daya. "Ide awalnya memang untuk mengevaluasi fish shelter di Kepulauan Seribu," katanya.

ROV bisa disebut sebagai kapal selam mini tanpa awak yang berguna untuk menjelajahi kedalaman lautan. Selain untuk kepentingan konservasi alam dan lingkungan, teknologi ini bermanfaat mengeksplorasi dasar laut. Maklum, ketertarikan manusia menyingkap misteri laut semakin kuat. Kalangan akademisi, militer, dan pebisnis pun terus berlomba-lomba menelusuri isi perut bumi. Terlebih bagi Indonesia yang dikenal sebagai negara maritim. Kepulauan republik ini memiliki garis pantai sepanjang 81 ribu kilometer. "Eksplorasi laut di Indonesia mempunyai nilai ekologis dan ekonomis tinggi," kata Indra.

Teknologi ROV memang tidak baru. Awalnya ROV dikenalkan oleh Dimiri Rebikoff, ahli teknik asal Prancis, pada 1953. Selanjutnya, Amerika Serikat menjadi motor utama pengembangan teknologi jelajah bawah laut ini. Pada perkembangannya, ROV makin mampu menyelam lebih dalam. Salah satu penjelajah bawah laut yang spektakuler dibuat oleh Amerika. Penyelam canggih yang dikendalikan dari kapal EDT Offshore milik Phoenix International, sebuah perusahaan yang berkantor pusat di Chicago, ini mampu menyelam hingga kedalaman 6.000 meter. ROV inilah yang menemukan kotak hitam pesawat Adam Air yang tenggelam di perairan Sulawesi Barat pada kedalaman 2.000 meter, pada 2007.

Indra menjelaskan RJ 45 tidak bisa dibandingkan dengan ROV buatan luar negeri yang mampu menjelajahi lautan hingga ribuan meter. "RJ 45 cocok untuk laut dangkal," katanya.

Mengapa IPB yang kajian utamanya di bidang pertanian mengembangkan robot bawah air? Indra menjawab bahwa sejak awal IPB berdiri pada 1963 telah dibentuk Fakultas Perikanan. Selanjutnya berkembang menjadi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan pada 1996. Jadi, kata Indra, IPB sejak awal telah berkecimpung di dunia bawah air dan dunia kelautan.

Kehadiran RJ 45 merupakan inisiatif awal dalam pengembangan wahana bawah air bagi keperluan perikanan dan kelautan, khususnya dalam membantu mendapatkan gambaran tentang kondisi bawah air. "Ini penting bagi IPB yang diberi mandat mengembangkan bidang perikanan dan kelautan," katanya. Tanpa inisiatif awal, tidak akan pernah ada langkah nyata untuk meneliti kekayaan kelautan di Indonesia.

RJ 45 terdiri atas rangka baja antikarat berbentuk kubus yang berfungsi meletakkan badan ROV. Badan ROV sendiri berbentuk tabung yang sengaja diletakkan di tengah-tengah rangka penyangga. Bagian depan tabung ROV dilengkapi kaca tahan air yang berguna untuk menempatkan kamera agar bisa melihat ke kedalaman laut. Bagian samping dan belakang penyangga dilengkapi baling-baling-pengganti sirip pada ikan-untuk mengendalikan robot bergerak bebas. Ada juga lampu sorot untuk melihat dasar laut yang gelap. ROV buatan IPB ini tak lebih besar daripada televisi 21 inci.

Bagaimana RJ 45 seberat 20 kilogram ini menyelam di lautan? Peneliti RJ 45, Ayi Rahman, mengatakan sistem pengendali RJ 45 dilakukan dengan bantuan joystick yang terhubung dengan laptop. Gerakan RJ 45 ke kanan-kiri, muka-belakang, dan atas-bawah dalam kolom air dilakukan dengan bantuan baling-baling. RJ 45 terhubung dengan pengendali melalui kabel. Adapun catu daya disuplai melalui genset berdaya 1.000 watt yang dioperasikan dari atas kapal.

RJ 45 dilengkapi dengan kamera video bawah air. Sistem ini khusus dibuat agar kondisi bawah air dapat diketahui melalui pemantauan yang terus-menerus, khususnya di lokasi-lokasi yang telah ditetapkan sebelumnya sebagai lokasi yang perlu dikonservasi. Demikian pula dengan pengecekan kabel dan pipa bawah laut dapat dilakukan dengan memanfaatkan wahana seperti ROV atau sejenis RJ 45. "Kita bisa mengobservasi sekaligus mengambil data, seperti menjelajahi bawah air untuk mencari kapal karam, SAR atau penyelamatan," ujar Ayi.

Ayi menjelaskan RJ 45 masih dalam tahapan pengembangan yang memerlukan modifikasi dan penyempurnaan. Sampai saat ini statusnya masih uji coba, belum dilepas atau dioperasikan secara penuh oleh instansi tertentu. Ada kelemahan mendasar RJ 45 yang wajib disempurnakan, di antaranya sistem kendali dan sistem kabel yang sering melilit bila diempas gelombang laut.

Pengembangan RJ 45 dilakukan atas kerja sama dan kemitraan dengan Suku Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kepulauan Seribu. Selama ini respons yang diperoleh cukup positif, walaupun biaya yang dikeluarkan belum dapat dikuantifikasi secara terperinci. Proses panjang pengembangan RJ 45 telah dimulai sejak 2007. Perencanaan, perancangan dan konstruksi, uji coba lab dan lapangan, sampai penyempurnaannya dilakukan secara mandiri oleh IPB.

Sedikitnya dibutuhkan waktu lebih dari setahun. Para peneliti membuat sendiri bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pengembangan RJ 45. "Kami gunakan bahan-bahan yang sudah tersedia di dalam negeri, sebagian lainnya sudah tersedia di laboratorium di Darmaga," kata Ayi.

Meski kampus yang berlokasi di Darmaga, Bogor, telah melahirkan prototipe kapal jelajah laut pertama, Indra Jaya jauh dari puas. Rencananya IPB akan mengembangkan RJ 45 agar bisa menjangkau kedalaman 200 meter. Artinya, RJ 45 yang merupakan ROV diarahkan menjadi autonomous underwater vehicle (AUV) yang beroperasi di laut dalam. Model robot AUV memungkinkan penelitian di bawah laut tidak mengandalkan robot yang terhubung dengan kabel di atas permukaan laut. "Butuh beberapa tahun lagi," kata Indra.

Masalahnya, Kepulauan Seribu membutuhkan teknologi yang murah, mudah, dan cepat untuk merehabilitasi laut. "Produk dalam negeri bisa menjadi solusi," kata Liliek.

Rudy Prasetyo, Diki Sudrajat (Bogor)