+dan+Data+Satelit+untuk+Membantu+Studi+Perilaku+Penyu.jpg)
(KeSimpulan) Para peneliti menggunakan remotely operated vehicle (ROV) dan data satelit terkait untuk mempelajari lebih banyak tentang perilaku penyu di daerah penangkapan ikan komersial dan untuk mengembangkan cara-cara baru dalam menghindari penangkapan penyu oleh nelayan. Pertama kalinya sebuah ROV digunakan untuk mengikuti kura-kura di alam liar sebagai upaya mengetahui perilaku dan bagaimana mereka berinteraksi dengan habitatnya.
Heather Haas, Henry Milliken, Kimberly Murray, dan Eric Matzen dari NOAA's Northeast Fisheries Science Center (NEFSC) laboratory di Woods Hole, Mass, bersama dengan rekannya Ron Smolowitz dan Matius Weeks dari Coonamessett Farm di East Falmouth, Mass, telah melacak dua remaja loggerhead turtle dengan tag yang terhubung satelit sejak Agustus. Kedua penyu telah diikuti sejak 24 Agustus ketika mereka ditangkap di New Jersey dan dilengkapi dengan data yang terhubung dengan satelit yang terus-menerus merekam temperatur air, kedalaman, lokasi dan waktu. Kura-kura ini sekarang berada di sekitar 30 mil dari North Carolina.
"Memahami perilaku mereka di laut, seperti di mana dan kapan mereka pergi ke dalam perairan, bisa membantu kita mengurangi kemungkinan mereka tertangkap dalam jaring dan kapal keruk," kata Haas seperti dikutip untuk sciencedaily. Dengan dukungan dari industri perikanan komersial, tim ilmuwan penyu Jeff Seminoff dari NOAA's Southwest Fisheries Science Center lab in La Jolla, Calif, menghabiskan tiga hari pada akhir Agustus menumpang kapal kerang komersial kapal F/V Kathy Anne dari Barnegat Light, NJ, berusaha untuk menangkap dua remaja kura-kura loggerheads untuk ditandai.
Pada tanggal 24 Agustus, tim menerima data. Instrumen log dan penyimpan data harus ditempelkan pada kura-kura paling sedikit enam bulan dan dapat tetap melekat selama 18 bulan atau lebih. Mengirim data ke laboratorium melalui satelit ketika hewan berada di permukaan laut. Sejak perangkat terpasang, kura-kura terletak di kedalaman air antara 165 dan 230 feet dan di suhu antara 50 Fahrenheit di dasar laut sampai 72 derajat Fahrenheit di permukaan laut. Suhu merupakan hal yang penting karena jika air terlalu dingin bisa membuatnya terdampar, seperti yang sering terjadi pada musim gugur.
Haas, Milliken, Matzen dan Murray semua bekerja di Woods Hole Fisheries lab's Protected Species Branch, yang mempelajari mamalia laut, penyu laut, dan burung-burung laut. Kura-kura Loggerhead, merupakan penyu laut yang paling umum di perairan pantai AS, spesies yang terancam punah di bawah regulasi Endangered Species Act. Smolowitz telah bekerja bersama sejak tahun 2002 di NEFSC group, berusaha untuk mempelajari lebih lanjut tentang kura-kura laut. Dia telah menerima sejumlah hibah untuk penelitian dan program perikanan di Atlantik. Dia juga telah dikontrak oleh NEFSC mengembangkan teknologi untuk mengurangi jumlah kura-kura yang terperangkap di kapal keruk, seperti perangkat yang membelokkan kura-kura dari lokasi penggerukan laut.
"Industri komersial memahami pentingnya penelitian ini dan sangat mendukung usaha kami untuk memahami dan mengurangi penangkapan penyu. Mengetahui lebih banyak akan meningkatkan kemampuan kita untuk mengurangi dan memperkirakan distribusi. Tag dan ROV gambar akan memberikan wawasan, tetapi hanyalah awal," kata Milliken. Peneliti memberi perhatian khusus terhadap perilaku penyu, termasuk mengamati mereka makan, berenang, bagaimana mereka berinteraksi dengan dasar laut dan dengan satu sama lain di alam liar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar